Bangunan apa yang pantas tegak di simpang tiga Panaragan – Penumangan ?

Sahabat alimahost, mungkin diantara kita masih ada yang belum kenal dengan gambar di bawah ini. Ini adalah gambar yang saya ambil pada juli 2017 tepatnya dipersimpangan jalan tiyuh panaragan dan penumangan baru. Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat tentu sudah memiliki perencanaan pembangunan di wilayah-wilayah strategis yang dapat mempercepat kemandirian dan kemajuan daerah. Apalagi semenjak pemerintahan di pimpin oleh Bupati Umar Ahmad, S.P, hingga akhir 2017 bahkan hingga saat ini sangat gencar menampakkan wajah baru pembangunan di setiap daerah yang mampu menarik perhatian wisatawan dari luar daerah.
Simpang Tiga Tiyu Panaragan - Penumangan Baru

Pembangunan jalan, jembatan, gedung instansi, rumah sakit, masjid islamic center, taman-taman kota berupa tugu dan patung mampu menjadi daya tarik masyarakat. Bahkan mampu menjadikan Kabupaten Tulang Bawang Barat sebagai tempat wisata keluarga baik dari lokal maupun luar daerah. Namun ada satu hal yang menjadi perhatian saya dan mungkin juga pembaca setia alimahost, pada gambar di atas timbul di benak pikiran “Bangunan apakah yang pantas tegak di simpang tiga antara panaragan dan penumangan baru”?.

Bagaimana sahabat alimahost, sudahkan anda punya ide yang cemerlang bangunan apa yang pas dan cocok berdiri di persimpangan panaragan-penumangan baru. Apakah patung lagi, tugu monumen, bundaran bak seperti di Hotel Indonesia Jakarta, atau mungkin menara yang menghujam tinggi.


Saya pemilik alimahost pernah punya pikiran persimpangan ini harusnya di bangun Tugu Senjata/pusaka kerajaan Tulang Bawang yang di kelilingi oleh patung yang membawa senjata pusaka lainnya. Apa alasannya, berdasarkan cerita tetua (orang tua-tua) yang ane terima bahwa di Tulang Bawang ada tiga orang laki-laki bersaudara yang mana anak pertama (Tuan Rio Tuho) mendiami wilayah Pagar Dewa, anak kedua (Tuan Rio Tengah) mendiami wilayah Menggala, dan Anak ke tiga (Tuan Rio Sanak) mendiami wilayah Panaragan. Ketiga wilayah terebut (Pagar Dewa, Menggala, Panaragan) merupakan kakak beradik kandung keturunan Tuan Rio dimana ketiga wilayah ini memiliki tugas dan fungsi yang berbeda selain sebagai pertahanan pusat kerajaan. 

Pagar dewa sebagai putra tertua  bertugas menjadikan wilayah ini sebagai kekuasaan, pengatur dan pewaris kerajaan artinya pagar dewa adalah benteng terakhir dalam menjaga keutuhan kerajaan, jadi jangan heran kalo pagar dewa sering di sebut sebagai pusat kerajaan, daerah yang di sakralkan karena terdapat makam-makan keturunan kerajaan dan makam-makam lainnya yang di keramatkan (silahkan datang dan cek sendiri di pagar dewa) 

Menggala sebagai putra ke dua bertugas menjadikan wilayah ini sebagai tempat perekonomian dan pemerintahan artinya menggala sebagai pusat perdagangan dan pertemuan raja dengan para pamong wilayah, para panglima penjaga wilayah misalnya dari teladas, bakung, bujung tenok, panaragan, menggala dan lainnya. Jadi jangan heran kalau menggala pernah jadi pusat perdagangan yang terkenal, memiliki dermaga tempat kapal besar bersandar, terdapat daerah yang bernama tangga raja, terdapat kampung bugis yang asalnya dari sulawesi, kampung palembang bahkan suku sunda banten pun banyak di wilayah menggala (silahkan datang dan cek sendiri di Menggala)



Panaragan sebagai putra ke tiga bertugas menjadikan wilayah ini sebagai tempat pembuatan senjata kerajaan, tempat para resi bertapa, pembuat alat kesenian dan peralatan mahkota kerajaan. Jadi jangan heran kalau di panaragan ada banyak pandai besi, ada tempat yang dinamakan bandar dewa dan menggala mas. Konon kesaktian senjata raja tulang bawang tidak ada tandingannya, bahkan pemegang senjata tidak akan mati kecuali dengan senjatanya sendiri. Senjata pusaka tersebut konon cerita (mungkin dongeng) berbentuk tombak TriSula (silahkan datang dan cek sendiri di Panaragan).

Sahabat alimahost, apa yang disampaikan di atas belumlah memiliki sumber yang pasti yang dapat di percaya akan kebenaran sejarah. Saya hanya memperoleh cerita dari orang tua-tua yang saya rekam dalam memori otak untuk kemudian nalar dan logika saya menciptakan cerita berdasarkan kondisi dan keadaan sekarang baik di pagar dewa, menggala dan panaragan. Semoga menjadi wawasan tambahan agar sejarah tidak terlupakan. Jadi bangunan apa yang pas dan cocok broooo...??